Nama lengkapnya Tristan Alif Naufal, pengagum Luis Suarez si belut kotak penalti. Dia biasa berlatih di lapangan International Sport Club of Indonesia bersama Soccer School Indonesia (SSI) Arsenal Ciputat Raya, Jakarta. Selain itu, dia juga didaftarkan di akademi sepakbola Liverpool (LFCIFA). Dan karena kemampuannya yang di atas rata-rata, Tristan masuk Kelompok Umur 10 tahun walau usianya masih tujuh tahun!
Tristan mulai diperbincangkan setelah videonya diupload ke Youtube pada 3 Maret 2012. Sejak saat itu, videonya menyedot atensi banyak orang dan mendapat respon sangat positif. Seperti yang pernah terjadi pada si balita ajaib, Berke Van Der Meij.
Menurut Ibunda Tristan, Irma Lansano, si bocah keren ini sudah mulai mengenal sepakbola sejak umur empat tahun. Ayahnya adalah penggemar Liverpool, dan sering mengajaknya nonton siaran langsung sepakbola di TV sejak kecil.
Tristan mulai diperbincangkan setelah videonya diupload ke Youtube pada 3 Maret 2012. Sejak saat itu, videonya menyedot atensi banyak orang dan mendapat respon sangat positif. Seperti yang pernah terjadi pada si balita ajaib, Berke Van Der Meij.
Menurut Ibunda Tristan, Irma Lansano, si bocah keren ini sudah mulai mengenal sepakbola sejak umur empat tahun. Ayahnya adalah penggemar Liverpool, dan sering mengajaknya nonton siaran langsung sepakbola di TV sejak kecil.
Tristan Alif akan jadi the next Messi?
Saat bermain bola di lapangan, seragam yang dipakai Tristan selalu tampak kegedean. Body-nya kalah besar dibanding rekan-rekannya karena dia memang lebih muda dari yang lain. Tapi tubuh mungil Tristan yang setinggi 110 sentimeter, justru terlihat paling menonjol.
Di jagad sepakbola profesional, tidak sedikit pemain pendek yang mampu mengguncang dunia. Situasi Tristan yang bermain di U-10, menjadi simulasi ideal saat dia nantinya harus benar-benar melawan pemain dengan postur raksasa.
Kalau kita lihat sekilas aksi Tristan dari video, gaya dribling double spin sambil memutar badan ala Zidane adalah inspirasi terbesarnya. Bola yang dia gocek seperti terikat di kakinya. Sungguh, itu bukanlah trik sederhana untuk anak usia tujuh tahun.
Tapi barometer sepakbola dunia saat ini adalah Lionel Messi. Satu hal yang membuat Tristan identik dengan ekspektasi tinggi sebagai the next Messi, adalah kecepatannya. Akselerasinya saat menyeret bola dengan keluwesan kaki sambil menerobos sela-sela betis lawan, sulit untuk tidak mengarahkan memori pada sosok Lionel Messi. Jadi memang benar, Tristan punya bakat menawan.
What's next?
Tristan beruntung. Tidak seperti Eriyanto, kapten Indonesia di Milan Junior Camp yang sempat terlantar, Tristan langsung mendapat beasiswa di SSI Arsenal.
Menurut Ibunda Tristan, beasiswa itu diberikan oleh seorang orangtua murid di SSI Arsenal. Sekedar informasi, biaya untuk di sekolah sepakbola SSI Arsenal berkisar antara Rp 700 ribu s.d 1,1 juta bagi murid dengan kategori usia di bawah 8 tahun.
"Sayang kalau tidak dipelihara terus, nanti hilang (bakatnya)," kata Ibunda Tristan, menirukan perkataan sang pemberi beasiswa. Iya bu, bener banget.
Di tengah tak bermutunya kepengurusan sepakbola Indonesia, kemunculan bakat-bakat potensial menjadi kesejukan angin di padang gersang. Sudah cukup sering berita kemunculan potensi muda seperti ini. Hanya, kita selalu lemah dalam hal memoles dan membina. Sementara yang berkewajiban membina, malah lebih suka sibuk berpolitik sampah.
Bisa jadi kita tidak hanya punya Tristan Alif sang the next Messi, mungkin saja ada the next CR7, the next Rooney, dan the next-the next lainnya. Bahkan jika ada bakat the next Boas atau Bambang Pamungkas, itu sudah menjadi aset besar yang layak dijaga. Semoga ada dan bisa dijaga... dan kita bisa mengujar syukur, Allhamdulillah yah.
Source: sepaxbola.info
mau lihat videonya dia silahkan cek disini
0 comment:
Posting Komentar